Jumat, 29 Mei 2009

Hei lelaki (kebencian untukmu Adi Sucipto)

Hei lelaki,
Apa kabar mu?
Apa masih setia menertawakan ketidak warasanku?
Atau terbahak saat aku terkapar?

Hei lelaki,
Dalam keterbatasanku,
Masih mengingat dengan baik semua rasa sakit yang kucicipi
Jiwa ini merintih .. berduka untukmu
Batinku seolah-olah melayang menjelma menjadi kunang-kunang yang kehilangan malamnya
Tapi masih ku tanam dalam hatiku akan dendam itu

Hei lelaki,
Aku ingin menghirupmu sekali lagi
Seperti ketika angin datang memelukku dalam kegelapan
Dan ketika itu pula aku merasakan kesakitan yang indah
Segalanya tak bisa di cegah karena aku telah berada di dalamnya
Kembali ku ucap maaf padamu bila kerinduan yang dalam ini semakin mengabur dalam mataku

Hei lelaki,
Anggap saja kau tak pernah dengar apa yang pernah kuucap
Anggap saja kau tak pernah mengenal seraut wajah penuh duka ini atau sekedar perasaan yang menetap di hatinya
Atau sebuah lelucon jika kau anggap aku sebagai seonggok daging yang kau umpankan pada kesakit hatian
Mungkin lebih tepat jika kau anggap aku boneka yang siap dikuliti kapan saja
Karena kau bukan orang yang tepat untuk mengetahui arti hati dan air mata

Hei lelaki,
Kini aku bangkit dari kematian ku yang panjang
Setelah sekian lama hidup ku dirampas oleh kesakitan yang katanya biasa saja
Aku dan keakuanku membimbing jasad lusuh ku merangkak menjauhi kelabu dan bising emosi
Meninggalkan kubangan air mata dengan ingatan tentangmu yang mengabur
Namun kini aku menikmatinya
Karena aku perempuan yang selalu mampu
Bahkan melebihi apapun yang dimiliki dirimu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar